Kamis, 02 September 2010

Segitiga Masalembo yang Misterius


DUA kecelakaan lalu lintas pada awal tahun 2007 sangat memprihatinkan. Yang pertama adalah kecelakaan lalu lintas laut yang menimpa kapal laut Senopati Nusantara, dan yang kedua kecelakaan pesawat Adam Air. Keduanya diduga terjadi pada waktu yang berdekatan di kawasan yang sama, yakni di laut Utara Jawa dan yang satunya di seputar Masalembo.

26 tahun yang lalu, KM Tampomas II terbakar di laut dan karam pada 27 Januari 1981. Kenapa pada bulan-bulan yang sama? Memang bulan-bbulan ini merupakan bulan-bulan puncak perubahan musim seantero Indonesia yang kepulauannya berada di sekitar khatulistiwa. Tetapi, kenapa kejadian kecelakaan ini di lokasi yang kira-kira sama?

Pulau Masalembo sebenarnya adalah sebuah pulau kecil yang berada di ujung paparan Sunda. Pulau-pulau kecil ini berada di daerah pertigaan laut, yaitu Laut Jawa yang berarah barat timur, dan Selat Makassar yang memotong berarah utara-selatan.

Pola kedalaman laut di Segitiga Masalembo ini sangat jelas menunjukkan bentuk segitiga yang nyaris sempurna berupa segitiga sama sisi. Pada dasar Selat Makassar ada batuan Kalimantan dan batuan Sulawesi yang berbeda. Hal ini disebabkan karena adanya perbedaan mencolok antara Indonesia Barat dengan Indonesia Timur. Kalimantan merupakan bagian dari Paparan Sunda (Indonesia Barat) sedangkan Sulawesi merupakan bagian dari Indonesia Timur.

Garis yang membaginya dulu diketemukan oleh Wallace, disebut sebagai Garis Wallace. Garis Wallace ini sebenarnya hasil penelitian satwa Indonesia Barat-Timur, namun sebenarnya ada juga implikasi atau manifestasi dari aspek geologis (batuan penyusunnya). Dari jenis batuannya kita tahu bahwa di bawah Selat Makassar ini terdapat tempat yang sangat kompleks geologinya. Di atasnya terdapat Selat Makassar yang juga memiliki karakter khusus di dunia ini dimana mengalirkan air yang sangat besar.

Kalau dibandingkan dengan Segitiga Bermuda, lokasi Segitiga Masalembo juga tidak menunjukkan keanehannya. Sepertinya keangkeran segitiga Masalembo ini lebih ditentukan oleh faktor penggangguan alamiah yang bukan mistis. Yang mungkin paling dominan adalah faktor meteorologis termasuk di dalamnya ada faktor cuaca, seperti angin, hujan, awan, kelembaban air, dan suhu udara yang memang merupakan manifestasi dan konfigurasi batuan serta kondisi geologi, oceaografi, serta geografi yang sangat unik.

Kalau memang Masalembo Triangle ini banyak menimbulkan masalah transportasi (lalu lintas), tentunya perlu rambu-rambu lalu lintas laut yang lebih canggih ditempatkan di lokasi ini. Misalnya mercusuar khusus atau penempatan radar pemantau. Yang tak kalah penting adalah penelitian saintifik tentang perilaku arus air laut serta cuaca di daerah ini.

0 Respon:

Posting Komentar

Beri komentar pada artikel blog Ilmu Persahabatan. Bila perlu, beri saran dan kritik yang berkenan. Apabila kamu menyukai blog ini, ayo follow! Don't spam.